Jumat, 15 Juli 2011

Dampak Pola Asuh dan Makanan Tidak Seimbang.

Namanya Slamet Mustofa, umurnya baru saja 9 tahun. Semestinya dia adalah anak yang sudah bersekolah, kelas 3 atau 4 SD. Bermain ceria dengan peer group atau anak sebaya yang berada dilingkungan rumah atau sekitarnya. Bermacam permainan mulai dari tradisional sampai setengah modern. Sebagai seorang anak lelaki ada permainan tradosional seperti layang-layang buatan sendiri, bermain tembak-tembakan dst. Permainan modern seperti play station juga bisa saja dinikmati karena sekarang permainan seprti ini sudah merambah daerah pedesaan dan pelosok, asalkan sudah ada penerangan PLN, pasti ada rental playstation.

Namun, hal menyenangkan seperti diatas tidak pernah dirasakan oleh Slamet Mustofa. Dia mengalami masalah kesehatan yang mengharuskannya masuk keluar Rumah Sakit. Tidak sedikit biaya yang telah dikeluarkan oleh kedua orang tua untuk menebus obat dan biaya perawatan di Rumah Sakit bila harus dirawat inap/opname. Perkembangan mentalnya tidak sejalan dengan tubuhnya yang cenderung gemuk. Dengan kata-kata yang tidak jelas dia sering merajuk meminta sesuatu kepada sang nenek yang tidak kuasa menolak permintaan cucu yang dikasihinya ini. 

Permintaan Slamet tentu tidak semua bermanfaat bagi kesehatannya. Setiap hari dia menkonsumsi mie instant dan kerupuk yang seringkali disertai saos penambah nikmat makannya. Satu dus mie instant yang berisi 40 bungkus bisa dihabiskan dalam 3-4 hari. Bertahun-tahun Slamet mengkonsusmsi makanan yang disukainya ini sampai akhirnya dalam 3 tahun terakhir dia menderita kekurangan protein lengkap dengan dampaknya. Dampak kekurangan protein ini mengakibatkan daya tahan tubuhnya menurun, akhirnya dia mudah terserang penyakit. Satu dari antara penyakit yang dideritanya adalah paru-paru/koch pulmonem dengan komplikasi sesak nafas. Tidak hanya sampai disitu seringkali bila masuk RS/opname Slamet didapati mengalami anemia/kekurangan darah. Haemoglobinnya hanya 7 gr% (normal Hb pada anak seumurnya >12 gr%), hal ini merupakan dampak dari kekurangan protein dalam jangka waktu lama/kronis. Belum lagi perkembangan bahasa yang tidak normal, dia sering berbicara dengan bahas yang tidak dimengerti oleh orang lain. 

Makanan instant dan kebiasaan menikmati makan yang tidak seimbang yang dilakukan Slamet adalah sebuah contoh dari kekeliruan sebuah pola asuh keluarga. Kita sering mendengar 4 sehat 5 sempurna, makanan sehat terdiri dari karbohidrat, protein, vitamin mineral dan air, 5 sempurna bila makanan ditambah susu. Makanan yang mengandung karbohidrat didapatkan pada beras/nasi, mie, kentang, ubi-ubian dan sejenisnya. Makanan berprotein adalah daging, ikan, telur, tahu, tempe, serta vitamin dan mineral didapatkan pada sayur-sayuran. Slamet tidak menikmati makanan yang seimbang seperti ini. Dia hanya menikmati karbohidrat yang terdapat pada mie instant lengkap dengan pengaruh bumbu yang membuat nikmat saat disantap. Kecanduan terhadap makanan instant seperti ini banyak dijumpai pada anak-anak. Dampaknya bermacam-macam terhadap kesehatan. Oleh sebab itu sebagai orang tua, kita wajib memilki pengetahuan yang cukup tentang makanan yang seimbang, bergizi dan bermanfaat bagi kesehatan anak-anak dan keluarga kita. 

Kisah kesehatan Slamet Mustofa ditulis agar menjadi sebuah inspirasi bagi kita orang tua masa kini. Sudah banyak cara kita mendapatkan pengetahuan/informasi bermanfaat tentang makanan bergizi, seimbang dan menyehatkan. Ada siaran televisi yang setiap hari kita gunakan, siaran radio, majalah, koran dan yang paling modern adalah internet. Semoga tidak banyak "Slamet Mustofa" di Indonesia. Kita perlu memrpioritaskan menonton/mendengar acara yang bermanfaat daripada sinetron yang mengajarkan perselingkuhan, pakaian seronok, konflik dsb yang tidak berdampak positif bagi pola asuh keluarga kita.