Rabu, 11 Mei 2011

Kehidupan dan Kematian

Sering kali kita membayangkan kematian mengerikan. Kematian dengan berbagai macam cara, ada yang dilakukan oleh orang lain, oleh diri sendiri dan ada pula karena penyakit yang diderita. Semuanya berujung pada maut.
Sebelum sampai pada hembusan nafas terakhir seringkali ada tahap yang dilewati. Oleh Kobler Rose disebut dengan tahap menghadapi sakratul maut. Ada beberapa tahap denial/penolakan, tahap kemarahan,  tawar menawar dan menerima.
Pengalaman penulis selama puluhan tahun bekerja tidak semua mengalami tahap yang diperkenalkan oleh Kobler Rose. Namun pada beberapa minggu yang lalu seorang yang menghadapi sakratul maut adalah anak lelaki berumur 11 tahun. Dia mengalami sakit kronis dan terminal. Diantara banyak orang yang penulis amati, kali ini bocah lelaki ini mengingatkan saya pada tahap tersebut. Satu jam sebelum proses tahapan sakratul maut bocah yang penurut ini masih berbicara dengan sadar penuh dengan keluarga terutama sang ayah. 30 menit kemudian timbul kejang-kejang dan tidak sadarkan diri. Tahap denial/penolakan terhadap kedatangan maut dihadapi dengan teriakan aku takut dan tidak mau tersiksa. Ini kalimat yang diartikan sebagai penolakan. 10 menit kemudian, tiba-tiba bocah yang ramah dan penurut ini memaki-maki semua orang yang ada disekitar tempat tidurnya termasuk petugas, keluarga yang mengelilingi dan memegangi. Inilah tahap angry atau kemarahan. Tidak lama kemudian masuk pada tahap berikutnya bocah ini mulai meminta maaf pada semua orang yang ada karena telah disakiti saat dia berontak, memaki dan meludahi semua yang ada disekitar tempat tidur. Tahap tawar menawar dan masuk pada tahap penerimaan. kalimat "aku wes gak kuat, sakit semua badanku aku minta mati saja". Inilah kalimat yang diucapkan dan didengar oleh semua yang hadir didalam kamar perawatan bocah lugu ini. Tidak lama kemudian anak kelas 5 SD ini menghembuskan nafas terakhir disaksikan oleh semua keluarga dekat dan pecahlah tangisan mereka yang ditinggalkan.
Mungkin selama ini pengamatan penulis tidak seksama sehingga baru kali ini menjumpai kematian yang melewati semua tahap.
Tahap-tahap ini pasti melewati pengamatan oleh Kobler Rose. Bagi penulis ada nilai kemaha kuasaan Tuhan diseputar sakratul maut seseorang. Mungkin dianggap mengerikan karena memang melalui tahap seperti yang tertulis diatas, tapi bila tahap penolakan, kemarahan, tawar menawar, lalu penerimaan memang bagi kita sebuah perenungan bahwa hidup harus dilewati dengan memuliakan Tuhan sehingga saat kita menghadapi sakratul maut tidak harus takut tapi melewati dengan kekuasaan Tuhan. Mungkin itu yang dapat dipahami oleh penulis miungkin ada yang memiliki pendapat lain, silahkan berbagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar