Kamis, 02 Juni 2011

 Lanjutan  BERITA itu....... Menggemparkan.

TRAGEDI Trawas Mojokerto 14 Agustus 2011.
Dengan perasaan yang sangat terpukul saya berusaha menghubungi keluarga di Surabaya, berhasil, tapi tidak mungkin datang karena sedang sakit dan berada di RS juga. Beberapa teman menyarankan untuk menunggu di Intalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kristen Mojowarno. Ternyata sesampainya disana telah penuh dengan orang tua, sanak keluarga anak-anak pemuda gereja yang naas ini. Dengan pakain rumah, karena panik dan tidak terpikirkan ganti pakain saya berada disana sekitar 10 menit. Di IGD inilah saya dihubungi oleh Rilen salah satu keponakan dengan meminjam telpon seluler perawat yang menangani mereka. Suara Rilen ditahan tidak menangis setelah sambung dan memberitahu kejadian itu, saya berusaha menenangkan dan berpesan supaya minta kepada petugas untuk tidak tidur berpisah dengan kakaknya. Bersamaan dengan berakhirnya sambungan telpon dari keponakan ini, suasana di IGD Rumah Sakit Kristen Mojowarno bertambah hiruk pikuk dengan tangisan keluarga yang belum jelas anak-anak mereka pulang rumah dalam keadaan apa. Dengan bantuan seorang sahabat saya kembali kerumah yang jaraknya hanya 1 km dari RS Kristen Mojowarno untuk siap-siap menjemput anak-anak ini. Mobil yang saya pakai adalah milik  pak Soetojo, teman sekantor yang kebetulan sedang mengikuti pentahbisan pendeta di Jember, kurang lebih 400 km dari Jombang sehingga mobil ada dirumah tapi sopir yang tidak ada harus mencari terlebih dulu. Akhirnya beberapa menit kemudian pak Toyo mengabarkan kalau beliau telah mendapat kepastian bahwa kami diantar dengan mobil dan sopir siap datang menjemput kami, karena jarak kediaman sopir dan mobil kurang lebih 8 km dari rumah kami. Sopir yang membawa kami ke RS Sumber Glagah, Mojokerto dengan jarak kurang lebih 40 km tapi berkelok-kelok sedang berpuasa, maklum memang kejadian tragis ini terjadi pada bulan puasa. Tetapi,... aneh menurut pak Dar, sang sopir, dia tidak merasa lapar mendengar berita itu dan ikut merasa duka prihatin dan mau mengantar kami, menempuh perjalanan dengan waktu sekitar 1 jam kami tiba di RS Sumber Glagah Mojokerto, RS ini sebenarnya untuk perawatan pasien kusta tapi  juga merawat pasien umum. Turun dari mobil saya langsung berlari ketempat kedua keponakan ini berbaring. Suasana sedih, haru, di RS ini menjadi tempat berkumpul banyak orang mulai dari kepolisisn, wartawan, para keluarga baik yang putra - putri mereka meninggal, luka parah maupun luka ringan. Bahkan ada diatara mereka yang belum dikunjungi oleh satupun keluarga. Setiba ditempat kedua keponakan saya menangis dan langsung memeriksa mereka. Rilen mengeluh kaki kanannya tak bisa diangkat dan terus menangis. Delsi yang berusaha tak tampak sakit justru meminta maaf pada saya kalau tidak bisa menelpon karena HP nya hilang dan HP Rilen lowbat. Walaupun berusaha menahan sakit saya memeriksa berulang kali keadaan Delsi dan menghubungi teman perawat dari Rumah Sakit Kristen Mojowarno  yang ikut menjemput untuk membantu melihat Delsi. Ada tante Tyas, om Agung demikian mereka berdua terbiasa memanggil teman akrab saya sekantor selama ini. Saya memastikan ada yang tidak beres dengan Delsi karena kelihatan bertambah pucat, tegang pada daerah perut,...... apa yang terjadi...... (bersambung).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar