Kamis, 02 Juni 2011

Hari Raya Persembahan

Hari raya persembahan yang ada di gereja-gereja di Indonesia dirayakan sangat berragam sesuai dengan tradisi yang ada pada jemaat setempat. Di NTT tepatnya di Sabu tempat kelahiran penulis tidak ada hari khusus. Bila panen tiba maka petani membawa hasil tuaiannya ke gereja dan diletakkan dekat Mimbar. Sesaat setelah kebaktian selesai bahan hasil panen berupa, padi, kacang tanah ataupun buah-buahan dilelang oleh majelis yang bertugas. Lain pula yang ada dikota besar ada yang mementukan hari minggu tertentu dibulan menjelang hari Pentakosta sebagai Hari Raya Persembahan. Peristiwa seperti ini lazim dijumpai pada Gereja di lingkungan GKJW.

Hari Raya Persembahan yang terkenal dilingkungan gereja Jawa, khususnya Jawa Timur (GKJW) adalah di Jemaat Mojowarno. GKJWJemaat Mojowarno yang merupakan gereja tertua diantara Gereja di lingkup GKJW. Selama lebih dari tiga perempat abad perayaaan hari raya persembahan ini diadakan oleh GKJW Jemaat Mojowarno. Hari Raya persembahan yang dalam bahasa Jawa disebut Riyaya Undhuh-undhuh merupakan hari raya ungkapan syukur dan persembahan atas hasil panen yang telah jemaat terima.

Riyaya Undhuh-undhuh  adalah puncak tradisi dari tradisi yang mendahului sebelumnya. Kata" UNDHUH" berasal dari kata dasar "UNDHUH" dan kata kerja "NGUNDHUH" yang artinya "Memetik", yaitu "memetik buah" atau "memanen". Seperti ajaran Musa kepeda umat Israel yang bercorak agraris, mereka mempersembahkan hasil panen yang terbaik kepada Allah (Ulangan 26:1,2). Riyaya Undhuh-undhuh adalah satu dari tradisi yang terbentuk dari perjumpaan tradisi Jawa dan ajaran Kristen. Pertemuan tradisi mempersembahkan hasil panen yang pertama serta tradisi memasukkan padi kedalam lumbung inilah menjadikan budaya Hari Raya Undhuh-undhuh. Hari Raya Undhuh-undhuh dinetgrasikan kelanjutan dari Hari Raya Pentakosta (Sejarah Riyaya Undhuh-undhuh Jemaat Mojowarno, 2011 : Tim pencatat Sejarah GKJW Mojowarno)

Pada tahun 2011 ini Hari Raya Undhuh-undhuh dirayakan pada tanggal 15 Mei 2011. Seperti tahun sebelumnya panitia yang telah dibentuk sudah mempersiapkan kegiatan selain acara arak-arakan bangunan. Sehari sebelumnya telah tampak kesibukan bagi yang ingin berpartisipasi menyewa stand untuk berjualan. Ada yang menyediakan makanan, minuman, pakaian, mainan anak sampai penjualan buku rohani dan kaset. Stand terbuka untuk umum selain warga jemaat Mojowarno dan sekitarnya. Malam hari dirayakan pentas seni oleh pemuda GKJW sekitar yang berada di lingkup GKJW termasuk band dan vokal group. 

Pada hari H, pagi jam 6 suasana sekitar gereja sudah ramai dengan musik dan arak-arakan bangunan yang dihias dengan berbagai cara unik dan menarik. Seluruh manusia sekitar tumplek blek, tumpah ruah dijalan dan lapangan sekitar gereja. Rumah Sakit  Kristen Mojowarno yang berada di depan gedung gereja tidak kalah ramai oleh karena seluruh kendaraan diparkir dihalaman RS milik GKJW ini yang memang luas dan asri.  Peristiwa yang hanya ada setahun sekali ini diramaikan juga dengan penampilan wayang  kulit semalam suntuk yang juga dihadiri oleh Bupati Kepala daerah Jombang. Pemerintah daerah Jombang bukan saja hadir pada saat pentas wayang tapi juga saat lelang hasil persembahan yang telah didoakan di gereja pada siang hari. Bahkan sumbangan bagi perayaan Hari Raya Undhuh-undhuh sudah sering diberikan oleh pemkab Jombang, pada beberapa tahun terakhir ini. Pencanangan Hari Raya Undhuh-undhuh menjadi satu dari antara budaya di Kabupaten Jombang yang harus dilestarikan telah lama dilakukan oleh pemerintah kabupaten Jombang. Inilah wujud kelestarian budaya yang terintegrasi dengan upacara keagamaan dan tradisi panen masyarakat. Tuhan bekerja melalui dan bersama semua yang ada dan terlibat. Tentu bila kita mau.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar